Maca

Tugas Pustakawan Bagian Pengolahan Buku: Kerja Sunyi yang Penuh Tanggung Jawab

Oleh : Rosyidah,S.Ag, kobid pengolahan bahan pustaka

Pendahuluan

Perpustakaan adalah pusat informasi yang memegang peranan penting dalam menunjang pendidikan, riset, dan pengembangan budaya literasi. Koleksi yang tersedia tidak akan bermakna tanpa adanya pengolahan yang baik. Pengolahan koleksi menjadi salah satu aspek penting yang menentukan keberlangsungan layanan perpustakaan.

Pustakawan bagian pengolahan buku sering kali bekerja di balik layar. Mereka memastikan setiap koleksi siap digunakan pemustaka, mulai dari pencatatan, klasifikasi, katalogisasi, pemberian tajuk subjek, hingga penyusunan di rak. Meskipun terlihat sederhana, tugas ini memerlukan ketelitian, pengetahuan mendalam, dan tanggung jawab yang tinggi (Sulistyo-Basuki, 1991).

Artikel ini membahas tugas pustakawan bagian pengolahan buku, tantangan yang dihadapi, dan tanggung jawab yang melekat, serta memperkaya pembahasan melalui pengalaman nyata pustakawan di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.

Tugas Pustakawan Bagian Pengolahan Buku

Proses pengolahan buku dimulai dari pemeriksaan fisik koleksi yang baru datang, untuk memastikan tidak ada halaman yang rusak atau cacat cetak. Setelah itu, buku dicatat ke dalam sistem inventarisasi, sebuah tahap yang disebut accessioning (Sulistyo-Basuki, 1991). Dari sini, pustakawan melanjutkan dengan kegiatan klasifikasi menggunakan sistem standar internasional seperti DDC (Dewey Decimal Classification), agar buku dapat ditemukan berdasarkan bidang ilmu tertentu (Siregar, 2019).

Langkah berikutnya adalah katalogisasi, yaitu pencatatan informasi bibliografis buku seperti judul, pengarang, penerbit, hingga nomor klasifikasi. Informasi ini kemudian tersedia dalam Online Public Access Catalog (OPAC) yang digunakan mahasiswa dan dosen untuk mencari koleksi. Pustakawan juga memberikan tajuk subjek, yang berfungsi sebagai kata kunci pencarian. Kesalahan dalam pemberian tajuk dapat membuat buku “hilang” dalam sistem meski fisiknya ada di rak (Lasa, 2017).

Setelah proses bibliografis selesai, pustakawan memberi label nomor panggil dan barcode pada buku. Barcode berfungsi memudahkan layanan sirkulasi peminjaman dan pengembalian (Harahap, 2020). Tahap akhir adalah penyusunan di rak sesuai nomor panggil, sehingga pemustaka dapat menemukan koleksi dengan cepat dan tepat.

Tugas ini tampak teknis, namun menurut pengalaman lapangan, justru di sinilah letak kerumitan sekaligus tanggung jawab besar pustakawan. Seperti diungkapkan oleh Ibu Rosyidah, S.Ag., pustakawan pengolahan di UIN Siber Syekh Nurjati:

> “Banyak orang mengira tugas pustakawan hanya menjaga atau meminjamkan buku. Padahal, pekerjaan terberat justru ada di pengolahan. Setiap hari saya harus memeriksa, mencatat, mengklasifikasi, hingga menempel label. Kalau ada kesalahan sedikit saja, mahasiswa akan kesulitan mencari buku. Jadi pengolahan memang harus teliti dan penuh tanggung jawab.” (Wawancara dengan Rosyidah, 24 Agustus 2025).

Pernyataan ini menegaskan bahwa pengolahan buku adalah kerja sunyi yang tidak terlihat mahasiswa, tetapi menentukan kenyamanan mereka ketika menggunakan perpustakaan.

Tantangan dan Tanggung Jawab Pustakawan Pengolahan

Tugas pengolahan buku penuh tantangan. Jumlah koleksi yang masuk setiap tahun sangat besar, sementara sumber daya pustakawan sering terbatas (Lasa, 2017). Selain itu, pustakawan dituntut menguasai teknologi otomasi perpustakaan agar katalogisasi lebih modern dan terhubung dengan sistem digital (Widodo, 2018).

Dalam praktiknya, ketelitian adalah kunci utama. Kesalahan dalam menulis nomor klasifikasi atau memberi tajuk subjek bisa mengacaukan sistem temu kembali informasi. Oleh karena itu, tanggung jawab pustakawan pengolahan bukan hanya teknis, tetapi juga moral: memastikan informasi dapat diakses dengan benar.

Hal ini ditegaskan oleh Kepala Perpustakaan UIN Siber Syekh Nurjati, Bapak Syibli Maufur, M.Pd., yang mengatakan:

> “Kalau pengolahan buku tidak berjalan baik, seluruh sistem perpustakaan akan kacau. Mahasiswa tidak bisa mencari buku dengan cepat, OPAC tidak akurat, dan rak menjadi berantakan. Karena itu, saya menekankan pentingnya pengolahan. Saya sangat menghargai dedikasi para pustakawan pengolahan, termasuk Ibu Rosyidah, yang setiap hari bekerja dengan teliti demi kelancaran layanan.” (Wawancara dengan Syibli Maufur, 24 Agustus 2025).

Pandangan ini menunjukkan bahwa meski tidak berinteraksi langsung dengan pemustaka, pustakawan pengolahan adalah tulang punggung layanan. Tanpa mereka, perpustakaan hanya akan menjadi gudang buku yang sulit dimanfaatkan.

Penutup

Tugas pustakawan bagian pengolahan buku adalah kerja sunyi yang membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan tanggung jawab tinggi. Dari pemeriksaan fisik hingga penyusunan koleksi di rak, setiap tahap sangat menentukan keberhasilan layanan perpustakaan.

Pengalaman praktis di UIN Siber Syekh Nurjati yang disampaikan oleh Ibu Rosyidah, S.Ag., dan Kepala Perpustakaan Bapak Syibli Maufur, M.Pd., semakin menegaskan bahwa tugas ini bukan pekerjaan mudah. Sebaliknya, pengolahan adalah pondasi yang membuat perpustakaan hidup sebagai pusat ilmu pengetahuan.

Dengan pengolahan yang profesional, perpustakaan mampu bertransformasi dari sekadar tempat penyimpanan menjadi ruang literasi yang mendukung keberhasilan pendidikan dan riset.

Daftar Pustaka

Darmono. (2001). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Harahap, R. (2020). Penerapan Sistem Barcode dalam Layanan Perpustakaan. Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan, 7(2), 89–102.

IFLA. (2017). IFLA Library Reference Model (LRM): A Conceptual Model for Library Data. Den Haag: International Federation of Library Associations and Institutions.

Lasa, H. S. (2017). Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Ombak.

Rosyidah, R. (2025). Wawancara Pustakawan Bagian Pengolahan Buku Perpustakaan UIN Siber Syekh Nurjati, 24 Agustus 2025.

Siregar, H. (2019). Klasifikasi Koleksi dan Dampaknya terhadap Akses Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Pustaka, 5(1), 33–45.

Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syibli Maufur. (2025). Wawancara Kepala Perpustakaan UIN Siber Syekh Nurjati, 24 Agustus 2025.

Widodo, H. (2018). Transformasi Perpustakaan di Era Digital. Jurnal Literasi, 6(2), 77–92.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top