Maca

Sumur Agung Masjid Sang Cipta Rasa Kesepuhan: antara Mitos dan Realita

Oleh : Syibli Maufur *

Sumur Agung yang terletak di kompleks Masjid Sang Cipta Rasa Kesepuhan, Cirebon, merupakan salah satu peninggalan sejarah yang sarat makna. Bagi masyarakat Cirebon, sumur ini bukan sekadar sumber air, melainkan simbol spiritual yang penuh dengan cerita mistis. Dalam mitos yang berkembang, air Sumur Agung diyakini membawa berkah, keselamatan, bahkan dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit (Suharno, 2019). Tak jarang, para pengunjung membawa pulang air sumur ini sebagai bagian dari ritual batiniah mereka.

Namun di balik mitos tersebut, terdapat fakta sejarah bahwa Sumur Agung dibangun bersamaan dengan Masjid Kesepuhan pada abad ke-15 sebagai fasilitas penting untuk kebutuhan ibadah, seperti berwudu. Airnya yang jernih dan tidak pernah kering meskipun musim kemarau menjadi bukti keandalan teknologi sumur pada masa itu (Rahman, 2021).

Menariknya, pada masa Wali Songo, air dari Sumur Agung ini dialirkan menuju dua kolam berbentuk lingkaran yang hingga kini masih terjaga keasliannya. Kedua kolam tersebut bukan hanya berfungsi sebagai penampungan air, tetapi juga memiliki filosofi tersendiri. Dalam pandangan spiritual, dua kolam ini melambangkan keseimbangan hidup lahir dan batin, serta menjadi simbol penyucian diri sebelum memasuki rumah ibadah (Setiawan, 2018). Sampai saat ini, keberadaan kedua kolam tersebut tetap menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan warisan sejarah Islam di Cirebon secara langsung.

Jika ditanya kepada para pengunjung, banyak dari mereka memberikan kesaksian langsung tentang manfaat air Sumur Agung. Ratinah, seorang pengunjung asal Indramayu, menceritakan pengalamannya, “ Waktu itu saudara saya sakit cukup lama, lalu ada yang menyarankan mengambil air Sumur Agung dari Masjid Kesepuhan. Setelah airnya diambil, kami minta didoakan juga oleh kaum masjid. Alhamdulillah setelah itu, keadaannya mulai membaik.” Sementara itu, Rokhimin, pengunjung asal Kapetakan, berbagi pengalaman lain, “ Airnya sejuk sekali, dan setelah saya gunakan untuk cuci muka, wajah terasa bersih dan segar. Katanya memang penuh berkah.”

Bahkan tak jarang, dahulu banyak pengunjung yang secara khusus datang untuk meminta dimandikan dengan air Sumur Agung. Mereka percaya bahwa mandi dengan air dari sumur ini dapat membersihkan diri dari energi negatif, menolak bala, serta membuka jalan rezeki (Widodo, 2017). Prosesi mandi ini biasanya dilakukan setelah meminta doa dari kaum masjid, dengan harapan mendapatkan keberkahan dan keselamatan dalam kehidupan.

Penulis sendiri, ketika masih kecil, sering menyaksikan langsung suasana tersebut. Pada masa itu, cukup banyak pengunjung yang datang untuk dimandikan, dan sebagian melemparkan koin uang perak ke dalam sumur sebagai bagian dari harapan atau nazar mereka. Tradisi semacam ini menjadi pemandangan umum kala itu. Jika ditelaah lebih dalam, keyakinan terhadap keberkahan air sumur ini menjadi wujud nyata dari akulturasi antara tradisi leluhur dan semangat keagamaan yang berkembang saat itu (Nugroho, 2022). Hingga kini, Sumur Agung masih terus memancarkan bukan hanya air yang menyejukkan raga, tetapi juga harapan dan keyakinan yang menguatkan jiwa dalam bingkai budaya religius masyarakat Cirebon.

Tentu, praktik-praktik tersebut lebih tepat dipandang sebagai ekspresi budaya lokal masa lampau, yang hari ini perlu disikapi dengan bijak dan proporsional dalam kerangka pemahaman Islam yang lurus (Aziz, 2020).

Antara mitos dan realita, Sumur Agung tetap menjadi saksi bisu perjalanan peradaban Islam di Cirebon. Ia tidak hanya memancarkan air bagi jasmani, tetapi juga memupuk keyakinan serta kearifan lokal yang terus hidup hingga kini.

 

Wallahu a’lam bish-shawab

Daftar Pustaka:

  • Aziz, M. (2020). Budaya Lokal dalam Perspektif Islam: Studi Kasus Tradisi di Cirebon. Jakarta: Kencana..
  • Nugroho, B. (2022). “Akulturasi Budaya dan Agama dalam Tradisi Lokal Cirebon.” Jurnal Kebudayaan Nusantara, 14(1), 45–59.
  • Rahman, F. (2021). “Teknologi Air di Masa Kesultanan Cirebon.” Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam, 9(2), 112–128.
  • Suharno, T. (2019). “Mitos dan Religi di Lingkungan Masjid Kuno.” Jurnal Antropologi Budaya, 7(1), 23–38.
  • Widodo, S. (2017). Ritual dan Kepercayaan di Tanah Cirebon. Semarang: Pustaka Pelajar

___________________

* Dosen  & Kepala Pusat Perpustakaan UIN  Siber  Syekh Nurjati Cirebon

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top