Maca

Kajian Filosofis Pintu Sembilan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

Oleh : Syibli Maufur

Sembilan pintu Masjid Sang Cipta Rasa melambangkan perjalanan ruhani menuju insan kamil. Dalam tradisi tasawuf, angka sembilan dikaitkan dengan tahapan penyucian jiwa, seperti taubat, zuhud, sabar, hingga ma’rifah, sebagai proses penyempurnaan diri manusia (Nasr, 2003). Selain itu, angka sembilan juga merepresentasikan Wali Sanga, simbol dakwah Islam di Jawa yang menekankan pencerahan batin dan penerimaan Islam melalui pendekatan sufistik (Azra, 2004).

Delapan pintu pendek di sisi kanan dan kiri mengandung makna penaklukan ego (an-nafs). Jamaah harus menundukkan kepala saat masuk, sebagai simbol kerendahan hati dan kesadaran keterbatasan diri di hadapan Allah (Lubis, 2010). Hal ini selaras dengan gagasan kebodohan ontologis, yakni bahwa manusia baru memperoleh pengetahuan sejati setelah menyadari kehinaannya di hadapan Tuhan (Al-Attas, 1995). Gerakan menunduk ini menjadi simbol kepasrahan total, baik akal maupun hati.

Pintu besar utama menjadi lambang puncak perjalanan spiritual menuju Haqiqat atau kesadaran tauhid sejati (Murata & Chittick, 1994). Selain itu, keseragaman tinggi pintu-pintu kecil menjadi kritik sosial atas feodalisme, menegaskan bahwa di rumah Allah tidak ada perbedaan derajat antara raja, ulama, dan rakyat kecil (Woodward, 2011). Dengan begitu, masjid menjadi ruang egaliter yang mewujudkan ajaran keadilan sosial Islam.

Daftar Pustaka

  • Al-Attas, S. M. N. (1995). Prolegomena to the Metaphysics of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC.
  • Azra, A. (2004). Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Jakarta: Kencana.
  • Lubis, H. T. (2010). Tasawuf Sosial: Jalan Pencerahan Transformatif. Bandung: Mizan.
  • Murata, S., & Chittick, W. (1994). The Vision of Islam. St. Paul: Paragon House.
  • Woodward, M. (2011). Java, Indonesia and Islam. New York: Springer.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top